Taneh Karo Simalem Bumi Turang

30 Agustus 2018

Sejarah Desa Sukatendel

Desa Sukatendel pada awalnya merupakan sebuah kawasan hutan yang belum dijamah oleh masyarakat disekitarnya. Menurut cerita yang diperoleh, sepasang suami-istri bernama Suka dan Tendel membuka lahan baru di sana untuk dijadikan ladang. Mereka membangun barung yaitu sejenis pondok atau Sapo sebagai tempat untuk berteduh. Hal ini kemudian ditiru oleh orang-orang lain yang ikut mendirikan barung mereka sendiri di tempat tersebut. Maka terbentuklah beberapa barung yang disebut dengan barung-barung. Mereka akhirnya mulai bertempat tinggal di barung-barung tersebut. Mereka juga mengikut-sertakan sanak keluarga mereka ke tempat ini. Sedikit demi sedikit orang dari wilayah lain juga mulai berdatangan dan lama kelamaan terbentuklah sebuah komunitas, di mana pada akhirnya mereka memutuskan untuk membangun sebuah desa. Penduduk di desa yang baru ini memutuskan untuk memberi nama desa mereka dengan nama pendirinya, Suka dan Tendel. Untuk kesan praktis, kedua nama mereka digabung sehingga menjadi "Sukatendel".


Simantek Kuta atau Pendiri desa adalah orang yang berasal dari klan Perangin-angin. Merga ini mempunyai banyak sub-merga yang tersebar di wilayah Karo Teruh Deleng. Bila berjumpa masyarakat dari dusun lain, maka masyarakat Sukatendel agak sulit menjelaskan asalnya.  bilamana mereka berjumpa dengan warga dari dusun lain maka mereka menyebutnya PeranginAnginSukatendel, sekaligus memberitahui asal mereka tinggal. Mulai dari situlah masyarakat yang merganya PeranginAngin di desa mereka dikenal dengan PeranginAnginSukatendel. Kelompok ini disebut juga dengan Bangsa Taneh. Untuk membentuk desa, Simantek Kuta atau pendiri desa mengikutsertakan Anak Beru, Kalimbubu dan Seninanya. Anak Beru yang ikut serta pada saat membentuk perkampungan bersama keturunannya secara turun menurun disebut Anak Beru Singian Rudang. Kalimbubu bersama keturunannya secara turun menurun yang ikut serta pada saat membentuk perkampungan disebut Kalimbubu Simanjek Lulang. Ketiga kelompok inilah yang mempunyai peranan penting di desa tersebut sebab kelompok ini memegang kendali atas pemerintahan.

Kepala desa dipimpin oleh marga pendiri desa dibantu anak beru, untuk pengambilan keputusan ataupun kebijakkan pemerintahan desa peran pendiri desa dan anak berunya sangat berperan sehingga tampak seperti sebuah majelis. Pada tahun 1904 pemerintahan yang tradisional desa Sukatendel mulai berubah ketika Belanda mulai menduduki daerah Taneh Karo yang mulai ditetapkan wilayah administratif Onderafdeling Karolanden.

Pada tahun 1947 terjadi pergolakan dan berpengaruh juga kepada kondisi desa Sukatendel. Pada saat itu, semua warga Sukatendel membakar rumah tempat tinggal mereka serta mengungsi ke pedalaman hutan yang jaraknya lumayan jauh dari desa mereka. Di sanalah mereka bertempat tinggal untuk sementara sembari menunggu situasi aman kembali. Selama masa pengungsian, mereka hanya dapat mengkonsumsi apa yang disediakan oleh alam.

Kurang lebih sekitar setengan tahun mengungsi, masyarakat merasa situasi aman dan tentram, maka masyarakat Sukatendel memutuskan untuk kembali ke perkampungan desa mereka. Mengingat kondisi desa yang sudah kacau dan berantakan, maka dilaksanakan sebuah musyawarah. Mereka berdiskusi tentang tata ruang desa yang akan mereka bangun kembali. Melalui musyawarah tersebut diperoleh kesimpulan, bahwa setiap kepala keluarga berhak mendapatkan sebidang tanah, untuk dibangun rumah di atasnya. Luas dan lebar tanah yang diberikan sama untuk masing-masing kepala keluarga, sehingga tidak terjadi pertengkaran.
Adapun batas-batas Desa Sukatendel antara lain adalah :
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Susuk, Desa Kutambaru.
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tanjung Merawa, Desa Tiganderket.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Batukarang.
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Jandimeriah.

Apabila ada perbedaan dengan yang sekarang mungkin sudah terjadinya pemekaran wilayah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar