Taneh Karo Simalem Bumi Turang

13 Agustus 2018

Operasi Militer Bukit Bertah

Operasi Militer Bukit Bertah, Perang Kemerdekaan di Tanah Karo
Pada tanggal 7 Mei 1949 tercapainya persetujuan Roem Royen, yang isinya Belanda menyetujui pemulihan Republik Indonesia ke kota Jakarta sekaligus mengembalikan kedududkan semula Presiden dan Wakil Presiden Soekarno dan Moh Hatta, maka disepakati gencatan senjata antara RI dengan Belanda. Namun kenyataan dilapangan pada tanggal 6 dan 7 Mei Tentara Belanda akan mendatangkan Bala Bantuan dari kabanjahe ke Tiga Binanga, berita ini datang dari seorang anggota polisi Belanda yang berkebangsaan Indonesia.

Komandan Sektor III Mayor Selamat Ginting yang dikenal gagah dan lantang, kharismanya melingkupi seantero Tanah Karo. Kali ini memerintahkan tugas kepada kapten Pala Bangun wakil komandan Batalyon I, ditugaskan memimpin pasukan untuk menghadang iring-iringan tentara Belanda yang hendak masuk ke Aceh.
Dengan cepat Mayor Selamat Ginting langsung mencari tempat penghadangan yang baik, karena menurut informasi bahwa musuh sedang mempersiapkan suatu konvoi menuju Kota Cane. Bukit Bertah menjadi pilihan mayor Selamat Ginting dan menunjuk tempat-tempat yang baik untuk menempatkan pasukan. Formasi pasukan sudah ditentukan  dan kedudukan senapan mesin pun sudah dipastikan. Selesai menentukan formasi, rombongan menuju desa Batukarang untuk bermalam disana. Pasukan penghadang dengan pimpinan Kapten Pala Bangun bergerak ke tempat penghadangan pada malam hari kira-kira pukul 12 malam. Gerekan menuju tempat penghadangan berjalan lancar dan faktor kerahasian terjamin karena penduduk sekitar bersimpati dengan TNI.

Kapten Pala Bangun dibantu oleh Letnan Sangap Ginting, Letnan Ebeniser Sinuraya, Letnan Jumpalit Ginting dan Letnan Johan Tarigan, mereka mengatur pasukan di bukit-bukit tertutup dari arah selatan jalan raya. Pukul 04:00 pasukan telah siap pada posisi masing-masing, ditengah–tengah suasana yang sepi penuh kabut terdengar deru konvoi dari kejauhan. Seluruh pasukan kini siap menunggu komando. Pada jam 05:45 muncul sebuah konvoi yang berkekuatan lima buah truk. Kapten Pala Bangun segera memberi aba-aba tembak dan seketika itu berdentumlah senjata pasukan penghadang

Karena kedudukan pasukan terlindung, maka perlawanan musuh sama sekali tidak berarti. Dalam cuaca yang penuh kabut pagi itu pasukan penghadang menyerbu kearah konvoi dan merampas senjata musuh yang tertembak. Melihat sebuan pasukan penghadang pasukan musuh mulai melalrikan diri ke arah Kabanjahe tanpa menghiraukan kawan-kawanya yang telah gugur. Pada kesempatan itu pasukan penghadang berhasil merampas senapan mesin dan merusak tiga buah kendaraan. Tetapi pertempuran belum berakhir, rombongan kedua konvoi muncul. Tembak menembak berkobar lagi dengan sengitnya. Pada saat itu Kapten Pala Bangun berdiri memimpin pasukan menyerbu kearah musuh. Tetapi malang baginya karena sebuah peluru musuh mengenai tubuhnya tepat di kepalanya dan ia pun jatuh. Melihat komandannya terjatuh, Abdul Muluk Lubis langsung berdiri dan menyerang musuh dengan senapan mesinnya. Abdul Muluk Lubis ikut gugur bersama temannya bernama Pusuh Malem Ginting. Pasukan-pasukan lainnya segera mengundurkan diri sambil membawa mayat ketiga prajurit pahlawan tersebut. Pada hari itu juga ketiga jenazah itu dibawa ke batukarang dikebumikan dengan upacara militer dipimpin Komandan Sektor III Mayor Selamat Ginting di desa Batukarang.

Napindo Resimen Halilintar memiliki andil yang sangat besar dalam menjaga keselamatan para Raja Urung atau Sibayak Tanah Karo, dengan penuh inisiatif Pimpinan Napindo Resimen Halilintar mengungsikan para Raja Urung atau Sibayak Tanah karo ke daerah Kutacane. Perampasan harta benda milik para Raja Urung atau Sibayak dilakukan oleh masyarakat biasa, perampasan terhadap pengungsi yang terjadi di pengungsian dilakukan apabila seseorang tidak menyebutkan kata sandi yang telah di buat oleh Layskar-Layskar Rakyat di Tanah Karo. Kata sandi yang mereka gunakan adalah Sira (Sira = Garam) jika tidak menyebutkan kata sandi tersebut dianggap sebagai mata-mata Belanda.

Untuk mengenang jasa ketiga taruna TNI yang meninggal tersebut, pemerintah Kabupaten Karo dan Sumatera Utara, mendirikan monumen tersebut dan dinamakan dengan Monumen Halilintar yang diresmikan di Bertah pada Tanggal 7 Mei 1991.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar