Pada suatu hari kerajaan Lingga mendapat bala yang menyedihkan sekali bagi keluarga dan penduduk, karena Raja Lingga sakit keras. Keadaan penyakit Raja Lingga semakin parah, akan tetapi dengan petunjuk Tuhan Yang Maha Esa dan pertolongan guru/dukun mbelin pak-pak pitu sendalanen, Raja Lingga dapat diobati dengan syarat anak yang termuda harus pergi dari Desa Lingga Raja untuk selamanya dan tidak akan kembali. Demi keselamatan kerajaan Lingga Raja, maka anak yang bungsu menerima persyaratan dari guru mbelin pak-pak pitu sendalanen.
Sebelum Raja Lingga melepaskan anak bungsunya pergi, ia memberi beberapa pesan: memberi satu genggam tanah kerajaan Raja Lingga, memberi satu tabu air Raja Lingga dan memberikan satu ekor kuda putih. Kegunaan air dan tanah adalah sebagai ukuran yang pas sebagai tempat tinggal bagi anak bungsu Raja Lingga, dimana nantinya jika berat tanah dan air sama maka itulah tempat tinggal yang cocok sebagai barong-barong (Desa). Sesampainya diperbatasan Karo dan Dairi, anak Raja Lingga berhenti dan istirahat serta bermalam di lau Lingga dan sampai saat ini kampung itu disebut Lau Lingga. Esok harinya ia melanjutkan perjalanan kearah tanah Karo. Selama perjalanan beberapa hari, maka sampailah ia di di tanah Sinuan Tanjung di sebelah barong-barong kaca ribu, tepatnya dibagian barat dari Singa dan Simomo.
Disanalah dia istirahat dan bermalam, kemudian ia menimbang tanah dan air yang dibawanya dari kerajaan Lingga Raja tapi berat tanah dan air belum sama. Walau demikian, dia membuat gubuk sementara sebelum menemukan tanah dan air yang sama beratnya. Pada suatu hari dia berburu kedaerah Singgelem sebelah barat dari Kabanjahe. Siang harinya ia bertemu dengan mata air yang sama dengan mata air yang ada di Lingga Raja, maka ditimbangnya berat tanah dan air Lingga Raja yang ada ditempat itu dan hasilnya mendekati sama. Oleh sebab itu, anak bungsu Lingga Raja menetap disitu dan menikah dengan Beru Ginting yang ada di pemandian Sungai (Lau Biang).
Singkat ceria ia dikaruniai 5 anak yaitu 3 laki-laki dan 2 perempuan. Yang tertua menetap ke Surbakti, yang nomor dua ke Kacaribu, dan yang bungsu bernama Lingga tinggal di Singgelem (kuta suah) dengan orang tuanya. Pada suatu hari Lingga dan ayahnya pergi berburu ke uruk (Gungmbelin), dan dia membawa air
dan tanah kemudian mengukurnya dan mendapati hasil yang sama. Maka si Lingga menetap didaerah tersebut yang saat ini diberi nama Desa Lingga.
Lingga adalah salah satu desa yang menjadi daerah tujuan wisata di Kabupaten Karo Sumatera Utara, yang terletak di ketinggian sekitar 1200 m dari permukaan laut. Lebih kurang 15 km dari Brastagi dan 5 km dari Kabanjahe Kabupaten Karo. Lingga merupakan perkampungan Karo yang unik, memiliki Rumah Adat yang diperkirakan berusia 250 tahun tapi kondisinya masih kokoh. Enam sampai dengan delapan keluarga rumah tersebut dihuni dan tentunya memiliki hubungan kekerabatan. Rumah adat ini tidak memiliki ruangan yang dipisahkan oleh pembatas berupa dinding kayu atau lainnya.
Pada masa itu, desa tersebut dibagi beberapa sub atau bagian desa yang dinamakan Kesain. Kesain adalah pembagian desa yang namanya tersebut disesuaikan oleh pengelompokan marga untuk menempati kesain tersebut. Nama-nama kesain di desa Lingga adalah: Kesain Rumah Jahe, Kesain Rumah Bangun, Kesain Rumah Berteng, Kesain Rumah Julu, Kesain Rumah Mbelin, Kesain Rumah Mbuah, Kesain Rumah Gara, Kesain Rumah Kencanen, Kesain Rumah Tualah, yang kesemuanya merupakan kesain milik marga/klan Sinulingga. Sedangkan untuk non Sinulingga terdiri dari 3 bagian yaitu: Kesain Rumah Manik, Kesain Rumah Tarigan Dan Kesain Rumah Munte.
Pemakaian nama-nama kesain masih dipakai hingga saat ini oleh sebahagian penduduk. Saat ini seiring dengan pertumbuhan penduduk desa Lingga, maka dapat ditinjau dari segi wilayah dan juga penyebutan oleh penduduk setempat dan penduduk desa sekitar yaitu Desa Lingga Lama dan Lingga Baru. Lingga lama atau
sering disebut juga Desa Budaya Lingga adalah wilayah desa yang awal, sedangkan desa Lingga baru merupakan desa bentukan pemerintah untuk merelokasi perumahan penduduk yang dikhawatirkan akan mengganggu kelestarian dan ketradisionalan Lingga Lama sebagai Desa Budaya.
Secara geografis Desa Lingga terletak di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo Sumatera Utara, adapun batas-batas wilayahnya sebagai berikut :
Sebelah utara berbatasan dengan Desa Surbakti
Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kacaribu
Sebelah barat berbatasan dengan Desa Sirumbia
Sebelah timur berbatasan dengan Desa Lingga Julu
Apabila ada perbedaan dengan yang sekarang mungkin sudah terjadinya pemekaran wilayah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar